Mau atau tidak, manusia sesuai fitrahnya diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Entah itu sebagai pemimpin dirinya sendiri, menjadi kepala rumah tangga, ketua OSIS, ketua RT, atau bahkan menjadi seorang kepala negara. Kebetulan juga tahun ini (2014) bertepatan dengan akan digelarnya pemilihan presiden yang didahului oleh pemilihan legislator yang akan duduk di Dewan (yang katanya) Perwakilan Rakyat (entah rakyat dari golongan mana). Saya kadang berpikir kenapa sih presiden itu menjadi profesi yang menjadi rebutan? Apa semua yang uber - uber posisi presiden itu juga tau konsekuensi - konsekuensinya? Sudah siapkah menjadi bahan pembantaian partai - partai oposisi karena setiap kebijakannya dianggap tidak pro-rakyat? Atau presiden dipandang sebagai posisi yang tepat untuk membuat sejarah bangsa? Apapun motivasinya para calon - calon presiden ini, saya angkat topi buat mereka karena sudi memimpin negeri yang ego masing - masing sukunya masih tinggi ini.
Tapi apa jadinya ya kalo negeri ini kalo pemimpinnya seperti saya? Hahaha.. (Insyaallah) bakalan lebih hebat daripada sekarang. Amin ya Rabb.. Bukan motivasi saya untuk mencari uang dari jabatan ini. Apalah artinya uang buat saya jika tidak bisa bermanfaat untuk orang lain. Dengan berprinsip seperti itu maka secara otomatis rakyat adalah prioritas saya diatas apapun. Bahkan 90% gaji saya disumbangkan untuk rakyat pun saya tidak ada masalah. Ahmadinejad (mantan presiden Iran) saja bisa kok hidup sederhana menjadi seorang presiden. FYI, beliau ini hampir 100% gajinya disumbangin buat rakyatnya loh, keren kan? Nabi Muhammad SAW aja, walopun jadi pemimpin umatnya gak pernah dapet gaji. Beliau malah berdagang loh. Jadi buat saya, mau saya sebagai presiden itu ntar digaji atau tidak gak ada masalah. Yang penting rakyat sejahtera, negara aman dan maju. Ciyee, khas tukang orasi nih.
"Jangan tanyakan apa yang bisa negara lakukan untukmu. Tapi tanyakan apa yang sudah kamu lakukan untuk negara" John F. Kennedy
Memulai langkah menjadi presiden tidaklah mudah, harus dipersiapkan matang - matang strateginya untuk meningkatkan elektabilitas dan kapabilitas seseorang untuk menjadi presiden. Seperti strategi marketing, bahwasannya branding and building image itu sangatlah perlu. Apa gunanya sebuah produk jika tidak ditunjang dengan strategi matang untuk membentuk branding and building image tersebut. Membangun image? Itukan pencitraan, ya memang. Politik pencitraan itu perlu, dengan syarat langkahnya yang bener. Jangan apa - apa ditempeli stiker wajah kita, poster dipajang dipohon - pohon, bendera ada dimana - mana. Itu malah merusak citra menurut saya. Beberapa langkah yang saya ambil untuk dijadikan proses ketika saya mau jadi presiden adalah:
Inget gak kalo Soekarno pernah berkata (koreksi saya jika saya salah)"Berikan aku 100 orang tua maka akan kucabut gunung dari tempatnya. Berikan aku 1000 pemuda maka akan ku goncangkan dunia" Nah dari sini sudah jelas bukan bahwasannya pemuda itu faktor penting dalam politik. Ketika kita membaur bersama mereka, menemukan masalah dan menyelesaikan masalah bersama. Maka setidaknya hati mereka akan terintegrasi dengan kita. Pahami kemauan mereka dan saringlha, dengarkan pendapat mereka terhadap sosok pemimpin dan sebuah negara. Seungguhnya mereka adalah kekuatan terbesar kita sebagai seorang pemimpin. Pemikiran - pemikiran mereka yang out of the box inilah yang diperlukan untuk membangun negara Indonesia ini. Banyak anak muda potensial kita berada di luar negeri, menjadi "budak sukses" di negeri orang. FYI, salah satu anak muda itu ada yang kerja menjadi kepala bagian (apa gitu ya saya lupa) di Boeing (pabrik pembuat pesawat paling oke di dunia)
1. Membentuk Tim
Nah, ini penting sebagai langkah awal. Let's say, ketika kita punya dukungan yang kuat dari orang - orang yang paham dan sejalan dengan visi misi saya sebagi calon presiden. Maka itu akan mudah. Apalagi jika tim saya dibangun oleh orang - orang yang paham dunia komunikasi politik, marketing, sosial budaya dan pendidikan. Maka aspek - aspek untuk meningkatkan kapabilitas saya akan terpenuhi. Seringnya bertemu dengan orang - orang yang bisa sharing ilmu dan bertukar ilmu juga setidaknya akan mempengaruhi seseorang untuk menjadi lebih baik lagi dalam berpolitik.
2. Bertoleransi Dengan Waktu
Ketika Pak Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta dan sekarang (mungkin) dipersiapkan menjadi seorang calon presiden. Entah itu jadi atau tidak nantinya. Tapi menurut saya, beliau dan timnya bener - bener mempersiapkan secara matang langkah - langkah beliau sedari awal. Mesin politik yang jeli melihat sosok inilah yang bekerja keras mempersiapkan beliau mulai dari menjadi Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta hingga nantinya (mungkin) akan menjadi presiden Indonesia. Betapa panjang proses yang dilewati beliau ini. Ya ini lah konsekuensinya, seseorang pemimpin jika mau memimpin sesutau yang besar menurut saya harusnya mempersiapkan dirinya secara matang dengan jangka waktu yang lama. Tidak bisa dengan langkah instan, sekali menjentikkan jari oh ya langsung bisa jadi presiden. Tidak bisa seperti itu.
3. Memahami Masalah
Apa yang dilakukan sebagian besar orang - orang yang nyaleg atau nyapres saat ini adalah buah dari sebuah role model yang bernama BLUSUKAN. Semuanya seolah latah dengan fenomena ini. Hal yang perlu ditarik menjadi benang merah dari itu semua adalah, bahwasannya mereka sadar politik itu sebenernya rakyat yang berkuasa. Hal yang selama ini mereka sampingkan dari strategi "pemasaran" mereka. Ketika seseorang blusukan, menyelesaikan masalah dari bawah maka dengan sendirinya mereka sudah melakukan tahap branding and building image. Masyarakat pun akan familiar dengan sosok yang sering mereka temui dilapangan dan keseharian mereka. Banyak yang memandang ini adalah politik pencitraan, ada maunya atau apapun itu. Helooooo, pelis jangan munafik jadi orang. Semua orang yang hendak maju nyaleg atau nyapres pasti butuh yang namanya penctraan. Itu salah satu strategi branding and building image. Hehehe.. Mau sukses emang ada aja halangannya, don't worry. Ketika menjumpai masalah dibawah, coba selesaikan dengan memanfaatkan koneksi. Misal nih ya, ketika ada suatu kelompok pemuda disebuah desa yang menjadi sumber masalah karena mereka pengangguran. Gandeng BLK untuk memberikan pelatihan kerja, bukankah dalam UUD 1945 sudah jelas dicantumkan Fakir
miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Jadi jelas sudah bahwa pemerintah melalui BLK berkewajiban untuk memberikan pelatihan kerja agar mereka berkeahlian dan bisa membuka usaha sendiri. Modal? Oke masalah modal, gandeng perusahaan - perusahaan yang berada dalam jangkauan untuk memberikan program CSR bagi mereka berupa bantuan modal sebagai modal usaha. Nah selesai bukan? Tidak harus dengan bagi - bagi duit. Selami masalah, selesaikan dengan memanfaatkan koneksi (itu sebabnya networking itu begitu penting)
4. Kuasai Anak Muda
5. Kuasai Media
Yak dewasa ini media berperan penting banget bagi perpolitikan di dunia adalah media. Di Indonesia pun begitu. Bahkan ada cameo yang berbunyi " If You Want To Conquer The World, Conquer The Media" Itu sebabnya pak Win menggandeng pak HT, pak Surya Paloh mendirikan nasdem, pak ARB nyapres, pak Dahlan juga ikut konvensi. Pak Jokowi ini juga branding image-nya lewat media besar sekali loh. "Ngiklan Gratis" dengan metode blusukannya sangat ampuh menanamkan namanya di otak manusia Indonesia.
Nah itu strateginya, kalo saya mau nyapres. Eh tapi kok saya blak - blakan ya? Aduh, nanti ada kompetitor yang liat gimana? Aduh saya ngomongnya kebanyakan. Hahaha.. Gapapa deh, biar ilmu saya bermanfaat. At least kalo saya gak jadi tukang sampah yang jadi presiden saya jadi tukang sampah yang menghuni surga aja deh. hehehe...
#TematicJB
Tempat Sampah, 2 Februari 2014
Ttd
Tukang Sampah