Minggu, 26 Januari 2014

Pohon Adalah Sel Paru - Paru Dunia

Apakah kita sudah bener - bener menjadi penyelamat lingkungan? Atau setidaknya mencoba untuk menjadi salah satu di antara jutaan manusia yang peduli dengan lingkungan? Sudah seperti apa langkah nyata kita? Jujur, saya pribadi belom ada apa - apa. Saya cuman melakukan beberapa langkah aksi nyata yang tidak begitu besar. Diantaranya adalah, mematikan penggunaan energi listrik yang berlebihan. Jadi, ketika tidur saya matikan lampu kamar, tv dan tidak memakai AC (maklum saya gak punya AC). Langkah yang kedua saya adalah, saya jarang mandi (sehari sekali atau 2 hari sekali) yaaa lumayan kan bisa menghemat air puluhan liter. hehehe... Yang terakhir tadi itu langkah nyata dan peduli lingkungan atau memang saya yang males? Yaaaaa, beda - beda tipis tak apalah. 

Kalo pohon ditebang sebenarnya salah siapa sih? Pemerintah? Tukang babat alasnya? Cukong - cukong kayu? Atau para pengusaha-nya? Hmmm... Menarik diteliti bahwa saya dan kamu adalah salah satu yang ikut andil dalam deforestation. Kenapa kita juga berperan serta dalam penggundulan hutan? Berikut ini adalah dua alasannya.

1. SERING BELI GORENGAN

Sudah bukan rahasia lagi bahwasannya pembukaan lahan di Kalimantan, Sumatra adalah karena faktor pengusaha kelapa sawit yang menginginkan hasil produksi minyaknya semakin melimpah. Nah, karena minyak yang dipakai untuk menggoreng gorengan yang kamu makan adalah minyak sawit. Singkatnya kamu juga berperan untuk menggunduli hutan. 1 Pohon ditebang diganti 1 pohon kelapa sawit menghasilkan (berapa ya?) minyak sawit yang digunakan untuk menggoreng oleh tukang gorengan. Hmmmm... Masak iya kita mau ngorbanin pohon demi kesenangan kita? Yaaahh, ciyaaan pohonnya. Tapi gorengan emang enak sih ya? hehehehe...

2. KULIAH MOLOR/GAK NAIK KELAS/SKRIPSI GAK ACC

Tau kan kalo kertas - kertas yang kita pakai selama ini mayoritas (yaaa, walaupun sekarang sudah banyak kertas dari bahan kertas recycle) dibuat dengan menggunakan pohon - pohon? Hmmm.. Semakin kita lama menempuh studi, otomatis penggunaan buku dan kertas akan meningkat. Nah loh semakin kita banyak membeli buku, otomatis semakin banyak juga pohon yang ditebang buat bikin kertas. Dosen juga berperan serta nih dalam deforesisasi, mereka sering gak acc pengajuan bab per bab skripsi mahasiswanya. Aaaarrrggghhh... Dosen ini makhluk yang tidak pernah dididik untuk cinta lingkungan ya? Apa karena hanya karena nilai sampe harus mengorbankan ratusan bahkan ribuan pohon di luar sana untuk membuat kertas yang dipake mahasiswa - mahasiswa bimbingan? Maaf, maaf saya terlalu emosional.



Selain daripada itu, sudah pasti pada tau semua kan ya kalo hutan yang terdiri dari ribuan bahkan jutaan pohon itu sebagai paru - paru dunia. Dan good news-nya Indonesia termasuk kontributor di dalamnya sebagai negara paru - paru dunia. Tapi itu dulu sih ya, gak tau kalo sekarang. hehehe... Tapi negara - negara Industri juga bergantung pada Indonesia loh. Makanya mereka banyak menghibahkan dana untuk Indonesia agar tetap bisa mengendalikan hutannya agar tetap bisa jadi paru - paru dunia. Mmmm.. Modus sih sebenernya, anggep aja Indonesia tempat pembuangan karbondioksida paling potensial soalnya orangnya mudah dikalahin kalo mau protes. Tapi eniwey duit hibahnya kemana semua ya kok hutannya Indonesia makin mengkerut? Ah positif thinking aja deh, mungkin duitnya buat beli bibit pohon. Nah pohonnya udah ditanam, tapi masih kecil. hehehe... Anggep aja seperti itulah analoginya.

Syukurnya juga sekarang banyak program hutanku, pohonku dsb. Hutan dibeli per m2 untuk konservasi, pohon dibeli dengan tujuan penghijauan. Salut lah. Tapi ya itu tadi, Indonesia kan orangnya cerdas. Begitu ada gerakan seperti itu, maka pengusaha memutar otak ribuan kali lebih keras untuk mengalahkan gerakan - gerakan nyata seperti itu.

Eh, eh tapi tau gak... Kalo kita nebang pohon 1 aja, berapa makhluk yang teraniaya? Let's say, pohon itu sendiri makhluk hidup. Nah begitu ditebang apa kita gak mikirin perasaannya dia? Belom lagi kalo pohon yang ditebang itu adalah orang tua dari anak - anak pohon yang masih kecil dan lemah tak berdaya. Apa tega ngeliat anak - anak pohon jadi yatim piatu gara - gara bapak pohon dan ibu pohon ditebang? Belom lagi, ada burung yang bersarang di pohon itu. Yaaaah, mereka gak punya rumah lagi loh. Rela kah kalo mereka jadi burung tunawisma? Iya kalo mereka punya saudara yang berkenan menampung mereka? Kalo gak? Bakalan menderita jadi burung gelandangan. Belom lagi, kalo misalnya 1 pohon ada beberapa spesies burung yang bersarang di situ. Sudah berapa burung yang dibikin jadi burung tunawisma oleh egoisnya manusia penebang pohon? Belom lagi kalo ada monyet, serangga dan hewan - hewan lainnya yang bergantung pada pohon itu. Alangkah semakin berdosanya kita membuat mereka menjadi hilang harapan.

Nah yang paling krusial nih. Coba deh ibaratkan hutan itu adalah paru - parunya dunia dan pohon adalah sebagai sel - sel yang menyerap CO2 dan mengeluarkan O2. Kalo pohon ditebang, maka ibaratnya kita sudah merusak sel - sel paru - paru dunia. Semakin banyak penggundulan hutan maka sel paru - paru dunia semakin rusak dan tidak berfungsi. Apa mau kita jadi salah satu aktor dibalik bumi yang sulit bernafas? Kalo bumi sulit bernafas apa yang bakalan terjadi? Kehidupan mahkluk hidup di muka bumi ini juga terancam, mau pake tabung oksigen kemana - kemana nantinya kalo udah gak ada lagi oksigen di muka bumi ini? Jhiaaah, bawa badan aja udah males - malesan apalagi mau bawa tabung oksigen segede gaban kemana - kemana.

Sekali - kali menjadi makhluk tradisional dalam hal pengelolaan hutan dan pohon saya rasa gak ada masalah. Bagaimana suku anak rimba, baduy, dayak, dan suku - suku di papua sangat begitu menghormati alam dan memperlakukan hutan dan pohon begitu iiiistimewaa!! (hehe... kaya cherrybelle ya) Sesungguhnya mereka lah yang berperan nyata dalam aksi penyelamatan hutan. Pemerintah hendaknya juga berperan penting dalam hal ini. Jangan mentang - mentang dapet dana hibah buat konservasi hutan lantas mau - mau saja jadi tempat pembuangan karbon dioksida negara - negara industri dunia.

Yang sering - sering beli gorengan juga ditilik lagi lebih jauh, minyaknya make minyak kelapa apa minyak kelapa sawit? FYI, minyak sawit itu penggunaannya lebih terbatas daripada minyak kelapa. Jika minyak kelapa bisa digunakan berulang kali untuk menggoreng sampe minyaknya habis. Maka minyak kelapa sawit cuman bisa dipake 2 kali (paling banyak) untuk menggoreng, jika lebih daripada itu maka minyak kelapa sawit berpotensi menghadirkan kanker ke tubuh (seriously).

Nah yang terakhir nih, buat yang kuliah belom lulus -lulus, yang gak naik kelas atau mahasiswa yang bab - bab skripsinya gak di acc sama dosen. Saran saya sih kalo buat yang kuliah belom lulus/sekolah gak naik kelas, segera deh lulus, irit penggunaan kertas. Lebih bagus lagi kalo kamu nulisnya di gadget atau laptop, praktis men. Disamping itu juga, itu adalah salah satu wujud nyata aksi kamu buat menghentikan penebangan pohon yang ujung - ujungnya cuman dibuat kertas buku kalian doang. Nah ini buat kalian yang menunggu acc dosen pembimbing skripsi. Kalo kalian selama ini digebrak - gebrak mejanya kalo lagi bimbingan skripsi dan skripsinya gak di acc berulang kali sama dosen (jhiaaaahh, curhatan saya ini. Yang senasib, pura - pura aja kalian gak senasib dengan saya) Ya gebrak balik aja meja dosen pembimbingmu, bilang gini "Bapak/Ibu, kalo skripsi saya gak di acc bayangkan berapa ratus pohon lagi yang ditebang dan di aniaya hanya untuk menciptakan lembaran - lembaran kertas hvs ini? Gak mikir apa kalo misal skripsi saya ini gak di acc berulangkali maka bapak/ibu juga berperan serta dalam kepunahan pohon dan perusakan paru - paru dunia?" Dijamin deh, setelah ngomong kaya gitu. Kalian pasti langsung keluar kampus. Bukan karena lulus, tapi karena dikeluarin dari kampus. Hahahaha... Tapi gak ada salahnya dicoba kan? (jangan pake gebrak - gebrak meja tapinya) 


"Persetan dengan pengetahuan fashion atau musikmu jika kamu mati rasa terhadap kondisi alam. Itu hanya menjadikanmu tak lebih dari sebuah mesin." Jrx SID

Nah super sekali kan? Hehehe.. Itu!!


Tempat Sampah, 26 Januari 2014



Ttd
Tukang Sampah


10 komentar:

  1. jadi, bisa dibilang dosen itu ikut andil dalam penghabisan pohon karena sering nolak laporan sama skripsi yang salah ya? hahaha

    BalasHapus
  2. belajar pake buku, buku pake kertas , kertas dari pohon, intinya gausah belajar :D yey

    BalasHapus
    Balasan
    1. huwaduh, aku gak ngajarin gitu loh ya dik. hahaha

      Hapus
  3. hahaha keren nih. gue anak kehutanan jadi rada paham soal beginiaan. Dulu kalimantan keren, sekarang aja malah udah longsor dan banjir. Huhuhu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. cukong kayu, tolong dibaca komentar teman saya ini!!

      Hapus
  4. intinya dosen pembimbing harus selalu me-acc skripsi mahasiswanya *loh

    BalasHapus
  5. Ngga terlalu suka gorengan :P
    Btw, kasihan Kalimantan :(

    BalasHapus