Sabtu, 25 Januari 2014

Don't Become A Copycat

Ketika hidup di dunia, manusia itu ditakdirkan untuk melewati imitate phase. Istilahnya adalah sebuah fase dimana apa yang orang lain lakukan dan dia lihat pasti akan dia tiru, entah itu dalam hal language, attitude or behaviour. Makanya jangan heran kalo anak kecil itu sukanya niru - niru jadi ayah/bundanya, cara bicara ayah/bundanya atau bahkan perilaku ayah/bundanya juga di copy paste.

Nah ngomong - ngomong budaya copy paste alias meniru, sering juga terjadi pada dunia tulis menulis. Ketika apa yang dibaca dan digauli adalah hal yang menjadi trend, maka serempak akan menjadi seperti itu, atau yaaaa setidaknya "mencoba" untuk menjadi seperti itu. Saya dulu kuliah (eh, tukang sampah kuliah juga ya. Hehehe...) diajar dosen native speaker (bukan speaker asli dari luar negeri, tapi orang bule). Ketika ada pelajaran writing, beliau pernah bilang begini kalo bahasa Indonesianya "Masalah terbesar dalam dunia tulis - menulis adalah menjadi seorang copycat (bukang memfotokopi kucing loh ya), dan itu sering saya jumpai di negera - negara Asia" Nah, intinya tulisan asal comot itu sangat diharamkan sebenernya dalam dunia kepenulisan. Yaaa, semua orang juga pasti tahu lah ya.



Dalam menulis, referensi itu penting. Entah itu dari buku, majalah, jurnal, blog atau bahkan science research. Ibaratnya ketika mau menulis, ada yang menjadi panutan, mau jadi seperti apa dan mau diapakan tulisanmu. Akan tetapi yang perlu saya garis bawahi adalah don't be such kind of those people who really you adore. Jangan menjiplak yang seperti itu. Misal kamu suka Raditya Dika,Bena, Indra Widjaya dll, dsb. Bolehlah kamu sering mengunjungi laman mereka. But one thing, jangan copy paste gaya mereka. Tidak akan ada Raditya Dika kedua, Bena kedua atau Indra Widjaya kedua kecuali kamu operasi plastik buat nyamain wajah mereka.

Hal yang boleh kamu tiru dari tulisan referensi adalah how the way they wrote, tentang bagaimana mereka menulis dan bagaimana cara mereka melihat suatu permasalahan dari sisi yang berbeda. Tapi inget juga, jangan melihat suatu permasalahan dari cara pandang yang sama juga dengan mereka. Entah pembacamu bakalan suka atau tidak itu hak mereka masing - masing. Gak mungkin juga kita menyenangkan semua orang di dunia ini. Seperti yang sering saya  bilang juga, ketika ada 1 orang bilang suka karya kita maka akan ada 10 orang yang menghujatnya. Itu konsekuensi lumrah yang mau gak mau harus diterima. So don't pretending to be someone else, just be yourself because it will be honest work. Yang penting jujur, nulis dari hati.

Itu! :)

Tempat Sampah, 25 Januari 2014


Ttd
Tukang Sampah

24 komentar:

  1. Mau mungutin "sampah" berharga lagi nih dari tukang sampah kece, mantap Abang !! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakaka... makasih, makasih. masih belajar ini tukang sampahnya. :p

      Hapus
    2. Jadi inget waktu awal awal banget ngeblog, copas dari Apakabardunia.com hahaha untung udah insyaf

      Hapus
    3. hihihi... yang penting mah nulis bang. seperti saya ini yang baru belajar nulis. yang penting nulis dulu, mau ada yang ngeliat atau gak yang penting berbagi sesuatu.

      Hapus
  2. budaya di kalangan blogger yg masih primitif :D

    #BlogWalkingAgain

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe... jaman batu udah pake blog ya bro? :p

      Hapus
  3. haha. mario tengil nih.
    keren banget tulisan lo. meniru boleh, tapi jangan meniru bulat-bulat. tambahkan bumbu ala kita sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, nah, nah... ini nih, partner in crime sejati. Betul banget nih

      "jangan meniru bulat-bulat. tambahkan bumbu ala kita sendiri"

      Semoga dibaca para copycat di luaran sana.

      Hapus
  4. Kadang menulis juga perlu, voice kita sendiri, supaya jadi ciri khas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah itu emang yang penting brader. point of view kita sendiri terhadap suatu permasalahan.

      Hapus
  5. Raditya Dika pernah bilang sama gue, daripada minjem, mending mencuri. Curi teknik menulis para penulis, jangan cuman satu aja. Baca buku banyak penulis, dan curi teknik mereka. Nah, teknik-teknik yang udah "dicuri" itu kemudian kita racik menjadi gaya kita sendiri. Ibaratnya nasi goreng, dikasih bumbu macem-macem kan rasanya beda.

    Misal buat deskripsi make teknik J.K.Rowling, bagian komedi make teknik Arry Risaf Arisandi, dll. Dicampur-campur sampe menjadi gaya sendiri. Intinya, jangan copas plek-plek.

    BalasHapus
  6. wuhuu, postingan nya bermanfaat syekali mas :D emg copas itu haram, apalagi kalo tulisan kita di copas sama org lain tambah dikasih referensi. beuh! sakit bingits

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahahaha... sabar yaaa :p eniwey makasih ya udah mampir ke tempat sampah saya :)

      Hapus
  7. good post bro, inspirator bukan untuk dicopas karyanya.

    BalasHapus
  8. Gue juga suka aneh dan gondok sendiri sama copycat yang ngopas artikel orang mentah-mentah. Padahal itu artikel orang, bukan gue. Berasa pengen membasmi para copycat deh rasanya. Huahaha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuk, ada semprotan pembasmi serangga nih :p

      Hapus
  9. kadang banyak yg berfikir, dengan mengkopi style orang2 yg udah sukses itu, lantas mereka juga akan sukses. Padahal jelas aja gak gitu.
    Setuju banget kita harus bisa jadi diri sendiri biar tulisan kita lebih punya ciri khas. Mau ada orang yg gak suka, ya udah, kan gak bisa kita bikin semua org suka sama kita. haha syiipp ^^b

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah kalo menulis cuman dijadikan ajang untuk menjadi terkenal secara instan :)

      Hapus
  10. akkk keren banget apalagi ada bumbu itunya jadi inget bapak mario :p

    yeaeh aku mau jadi diri sendiri, kalau bukan jalan blog mungkin yang lain tapi teteup menulis.
    makasih buat sinar cahaya yang menyinari otak ku bang #halah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sip, semangatnya tetep dipanasin terus pake kompor gas... Eciyeee, sama2 deh. Nih ambil aja lampu senternya *nyodorin senter*

      Hapus
  11. Dapat pencerahan dari sini :D , keren bang.

    BalasHapus